Turun Gunung Part 1

Sebulan yang lalu saya janji akan menulis tentang kegiatan Indonesia Menyala secara rutin. Padahal, tim Indonesia Menyala sudah berjalan kurang lebih selama 4 minggu. Ohya, biasanya kami mengistilahkan “turun gunung” ketika terjun ke titik penempatan Taman Baca Indonesia Menyala. Jadi, saya akan membayar hutang malam ini D:

Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat…

Daerah itu akan menjadi tempat bercengkrama saya dan anak-anak sekolah setiap weekend, terutama di hari Sabtu. Saya, Wahyu, dan Feliks adalah tim Penyala di Taman Baca SDN Tanah Sereal, kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Daerah tersebut mungkin tidak begitu familiar karena terletak di pinggiran Jakarta Barat yang dengan jumlah penduduk sangat padat.

1384371_10200774686465591_99879558_nDari kiri: Wahyu, Feliks, Saya

Pagi itu, Sabtu (21/09) adalah hari pertama kami turun gunung. Karena merupakan pilot project, agenda kami adalah survey lokasi. Sebetulnya kami belum punya konsep matang, karena tujuan pilot project ini adalah mencari formula untuk menghidupkan Taman Baca Indonesia Menyala. Kalau temen-temen di Indonesia Mengajar selalu mengistilahkannya dengan nyemplung, setelah basah baru memikirkan strateginya.

Setibanya di TKP, kami sangat terkejut karena daerah ini sangat padat. Kalau kata Feliks, Tanah Sereal merupakan kawasan padat penduduk se-Asia Tenggara (ehem, saya belum surfing di google sih, mungkin ini hiperbolis D:). SDN Tanah Sereah berada di lingkungan pasar, jadi bisa dibayangkan bagaimana keramaian di lingkungan sekolah ini. Pada dasarnya, pasar bukan lingkungan yang mendukung pergaulan anak-anak sekolah. But, it was happen…!

Sekitar pukul Sembilan, kami menemui guru dan Kepala Sekolah untuk beramah tamah sekaligus menjelaskan project Indonesia Menyala. Alhamdulillah, pihak sekolah sangat mendukung kegiatan ini. Kami mengunjungi perpustakaan sekolah yang sudah lama mati suri. Bisa dibayangkan sih jika keadaan perpustakaan sekolah tidak diurus, pasti anak-anak enggan mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Let me to describe: ruangan berukuran kecil (untuk perpustakaan), tanpa sirkulasi udara, dan panas. Apalagi, setelah kami melakukan inventarisasi buku, guess what we found?

Banyak buku yang menurut kami tidak pas dengan usia anak Sekolah Dasar. Beberapa buku yang kami temui seperti: Deteksi dini terorisme, Terorisme sebuah pemahaman bagi masyarakat, Cara mengatasi stress, Generasi muda taat hukum, Membawa nasionalisme-nasionalisme Indonesia, dsb. Kalau saya di posisi mereka, pasti malas sekali membaca buku-buku itu. Padahal, anak-anak sangat antusias membaca buku. Sayangnya, selama ini perpustakaan tidak pernah dibuka.

Dilihat dari background sosial, sebagian besar siswa tinggal di perkampungan padat penduduk di kelurahan Tanah Sereal, kecamatan Tambora itu. Rumah mereka hanya berukuran sekitar 6 x 4 meter, tanpa halaman rumah, dan tidak ada ruang terbuka bagi anak-anak untuk bermain. Kapan-kapan saya foto deh kawasannya, karena sejauh ini masih belum berani capture, takut menyinggung masyarakat setempat. Jika dilihat dari hasil observasi sederhana kami, tingkat ekonomi masyarakat adalah menengah ke bawah. Jadi, anak-anak pun tidak memiliki kesempatan memiliki buku di rumahnya. Hiburan mereka hanya televisi dan handphone, atau kadang mereka pergi ke warnet.

Sayang sekali bukan kalau kesempatan membaca buku yang dimiliki anak-anak di sekolah tidak didukung dengan fasilitas yang memadai? Itulah yang menjadi salah satu PR bagi tim Penyala Tanah Sereal. Dari hasil survey itu kami akan memetakan kebutuhan dan persoalan yang ditemui di lapangan. Kadang, ketika melihat semangat belajar anak-anak yang begitu besar, rasanya cupu banget kalau kita tidak melakukan apapun.

Alfin misalnya,

Murid kelas 6 Sekolah Dasar yang begitu semangat membantu tim Penyala ketika kerjabakti mendata dan menyusun buku. Saat selesei kerjabakti, saya menanyai anak-anak satu per satu, apakah mereka sudah menemukan buku yang membuatnya tertarik. And, Alfin give the fast response…

“Aku sudah kak Atta, aku pengen membaca buku ini,” ujarnya sambil menunjukkan buku berjudul ‘Perjuangan seorang Anak’

“Kenapa kamu memilih buku itu?” tanyaku.

“Aku pengen belajar dari buku ini biar bisa membantu kedua orangtuaku”

Waw, semangat itulah yang selalu saya suka setiap bertemu dengan anak-anak. Kadang, kepolosan dan ketulusan jiwa mereka bisa mengajarkan kita banyak hal. Nah, kalau sudah dapet semangatnya, pasti mereka akan lebih mudah diarahkan.

1383247_10200782499260906_506091749_nTeam kerjabakti: Alfin (bawah, laki-laki)

Dari hasil survey itu, kami sedang dalam tahap menyusun langkah berikutnya. Ohya, untuk melaksanakan kegiatan sosial ini, kami sangat membutuhkan banyak relawan untuk mendukung kegiatan kami. Kalau temen-temen berdomisili di Jakarta dan ingin mendonasikan waktu nya saat weekend, bisa banget lho ! Kami tunggu ya…

Let’s donate your 4 hours every week….!!!

Salam,

Attachriirotul M.

One thought on “Turun Gunung Part 1

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.